FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS GEL KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN DAUN KEMANGI (Ocinum sanctum L.) SEBAGAI ANTI JERAWAT TERHADAP BAKTERI Staphylococcus epidermidis

Authors

  • Angga Saputra Yasir Institut Teknologi Sumatera https://orcid.org/0000-0003-1936-3787
  • Selvi Marcellia Universitas Malahayati
  • Lintang Buwana Wijaya Universitas Malahayati
  • Tika Rahayu Putri Insitut Teknologi Sumatera

DOI:

https://doi.org/10.36423/pharmacoscript.v4i1.610

Keywords:

Jerawat, Antibakteri, Lidah Buaya, Daun Kemangi, Staphylococcus epidermidis, Gel

Abstract

Jerawat merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri antara lain yaitu bakteri Staphylococcus epidermidis. Lidah buaya (Aloe vera) dan daun kemangi (Ocinum sanctum L.) mengandung saponin, flavonoid, dan tanin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri sehingga memiliki daya antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari kombinasi ekstrak lidah buaya (Aloe vera) dan daun kemangi (Ocinum sanctum L.) dalam bentuk sediaan gel terhadap bakteri Staphylococcus epidermis. Metode yang digunakan dalam ekstraksi adalah maserasi menggunakan etanol 96% dengan nilai rendemen yang didapat pada lidah buaya sebesar 22,32% dan pada daun kemangi sebesar 22,70%. Uji antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Perbandingan ekstrak (lidah buaya : daun kemangi) dan daya hambat ekstrak terhadap bakteri Staphylococcus epidermis berturut-turut adalah 1:1, 16,82 mm; 1:2, 15,22 mm; 2:1, 14,59 mm; 1:0, 14,75 mm; 0:1, 15,21 mm. Analisis data kombinasi ekstrak menggunakan one way ANOVA menunjukan adanya perbedaan bermakna antar setiap kelompok perlakuan P>0,05. Selanjutnya uji sediaan gel dari kombinasi ekstrak 1:1, kontrol positif dan basis sediaan gel menghasilkan zona hambatberturut-turut sebesar 20,05 mm; 31,37 mm; 9,17 mm. Analisis data gel kombinasi menggunakan one way ANOVA hasil menunjukan tidak adanya perbedaan bermakna antar setiap kelompok perlakuan P<0,05. Sediaan gel dengan kombinasi ekstrak lidah buaya dan daun kemangi (1:1) memiliki efektivitas terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermis penyebab jerawat.

Author Biographies

Angga Saputra Yasir, Institut Teknologi Sumatera

Prodi Teknologi Kosmetik

Selvi Marcellia, Universitas Malahayati

Prodi Farmasi

Lintang Buwana Wijaya, Universitas Malahayati

Prodi Farmasi

Tika Rahayu Putri, Insitut Teknologi Sumatera

Prodi Teknologi Kosmetik

References

CLSI. (2012). Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing; Twenty-Second Informational Supplement.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 551, 713.

Dwi. (2018). Pola Pertumbuhan Staphylococcus aureus Pada Media Agar Darah Manusia Golongan O, AB Dan Darah Domba Sebagai Kontrol. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan. Vol. 3 Hal. 191-200.

Fifendy, M. (2017). Mikrobiologi. Depok: Kencana.

Graham, B. R., Bourke, J., dan Cunliffe, T. (2011). Akne. Dalam: Dermatologi Dasar untuk Praktik Klinik. Jakarta: EGC Medical Publisher.

Greenwood. (1995). Antibiotic susceptibility (sensitivity) test, antimicrobial and chemotherapy. USA: Mc Graw Hill Company.

Haag, T. E., Loncrini, D. F. (1984). Esters of para-hydroxybenzoic acid. Kabara JJ, ed. Cosmetic and Drug Preservation. New York: Marcel Dekker. Page 63–77.

Harborne, J. B. (2006). Metode Fitokimia, Edisi Kedua. Terjemahan Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro. Bandung: ITB.

Hariana, A. (2008). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri, Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lund, W. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th Edition. London: The Pharmaceutical Press. Page 908-909.

Mario, R. (2016). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Buah Sawo Manila (Achras zapota L.) dengan Berbagai Cairan Penyari Terhadap Salmonella typhimurium. Journal of Pharmaceutical and Medicinal Sciences. Vol. 1. Hal. 6-11.

Quelab. (2005). Mac Farlands Standars. Available at www.quelab.com.

Rahmawati, D., Sukmawati, A. & Indrayudha, P. (2010). Formulasi Krim Minyak Atsiri Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val & Zijp): Uji Sifat Fisik dan Daya Antijamur Terhadap Candida albicans Secara In Vitro. Majalah Obat Tradisional, Vol. 15 (2), Hal. 56-63.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI. Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Bandung: ITB. Hal. 191-216.

Rowe, R. C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, Edisi V. London: Publisher-Science and Practice Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.

Sasanti, T. J., Wibowo, MS., Fidrianny, I. Dan Caroline, S. (2012). Formulasi Gel Ekstrak Air Teh Hijau dan Penentuan Aktivitas Antibakterinya Terhadap Propionibacterium Acnes. Bandung: ITB.

Tranggono, I. R. dan Latifah F. (2014). Buku Pegangan Dasar Kosmetologi: Kosmetik Dekoratif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Utami, P. (2012). Antibiotik Alami untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Wasitaatmadja, S. M. (2007). Acne, Erupsi Acneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Adi Djuanda, dkk-ed), Edisi V. Jakarta: FKUI. Hal. 254-259.

Wolverton, S. (2012). Comprehensive Dermatologic Drug Therapy. Journal Elsevier Health Sciences. Page 13.

Wyatt, E., Sutter, S. H., and Drake, L. A. (2001). Dermatology Pharmacology, in Goodman and Gilman’s The Pharmacological Basis of Therapeutics, Hardman, J. G., Limbird, L. E., Gilman, A. G. (Editor), 10th Edition. New York: McGraw-Hill.

Zouboulis, C. C., McDowell, A., Patrick, S., Alexyev, O. A. (2012). An Increased Incidence of Propionbacterium acnes Biofilms in Acne Vulgaris: A Case-Control Study. British Journal of Dermatology. British

Downloads

Published

2021-03-01