https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/issue/feed Pharmacoscript 2025-02-24T13:43:11+00:00 Richa Mardianingrum richamardianingrum1@gmail.com Open Journal Systems <ul> <li class="show"><strong>E-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2685-1121</a></strong></li> <li class="show"><strong>P-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2622-4941</a></strong></li> <li class="show"><strong>URL: <a href="http://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT" target="_blank" rel="noopener">http://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT</a></strong></li> </ul> <p>Pharmacoscript is a research journal managed by the Pharmacy Study Program under the Research and Service Institute of the Perjuangan University of Tasikmalaya (P-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2622-4941</a> E-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2685-1121</a>). This journal is a research publication media and article review on all aspects of pharmaceutical science that are innovative, creative, original and scientifically based which are published 2 times in 1 year, namely in August and February. This journal covers specialized fields in pharmaceuticals such as pharmaceutical chemistry, pharmaceutical technology, pharmacology, pharmaceutical biology, clinical pharmacy, and pharmaceutical biotechnology.</p> https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1798 OPTIMIZATION OF BUTTERFLY PEA EXTRACT PEEL-OFF MASK WITH VARIATIONS OF POLYVINYL ALCOHOL AND IOTA CARRAGEENAN USING FACTORIAL DESIGN 2024-11-11T01:47:53+00:00 Wijaya Dina Permata dinapermatawijaya@unsri.ac.id Shiyan Shaum mutia.sariwardana@binawan.ac.id Hadiani Nabilah Putri mutia.sariwardana@binawan.ac.id Herlina mutia.sariwardana@binawan.ac.id Wardana Mutia Sari mutia.sariwardana@binawan.ac.id <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>The butterfly pea flower (<em>Clitoria ternatea</em>) contains antioxidants that help combat premature skin aging. Peel-off masks are popular with consumers as topical formulations because they are unique and practical. An essential component of peel-off masks is the gelling agent Polyvinyl Alcohol (PVA), which acts as a film-forming agent. However, PVA at the wrong concentration can result poor mask physical properties. Combining PVA with other gelling agents can obtain peel-off masks with better physical properties. This study aims to identify the effect of PVA and iota carrageenan on the optimal formula of peel-off masks regarding physical properties, stability, and antioxidant activity. Butterfly pea flower extract was obtained by maceration in 70% ethanol. Optimization of PVA and iota carrageenan was conducted using a factorial design method, observing responses such as viscosity, spreadability, and drying time. Peel-off masks with butterfly pea flower extract were prepared with concentration variations of PVA (6%, 10%) and iota carrageenan (0.5%, 1%). The optimal formula was then tested for stability using cycling test method and for antioxidant activity using DPPH method. Increasing concentrations of PVA and iota carrageenan significantly affects viscosity, spreadability, and drying time, with a p-value &lt; 0.05. The optimal peel-off mask formula contained 16% PVA and 0.5% iota carrageenan, with a viscosity of 16.473 cPs, spreadability of 5.6 cm, and drying time of 23 minutes and 11 seconds. The optimal formula demonstrated good stability during storage, with a significance p-value &gt; 0.05, and was categorized as having weak antioxidant activity with an IC<sub>50</sub> value 171.738 µg/mL.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Wijaya Dina Permata, Shiyan Shaum, Hadiani Nabilah Putri, Herlina, Wardana Mutia Sari https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1889 OPTIMASI TWEEN PADA SEDIAAN GRANUL INSTAN FOAM MAT DRYING EKTRAK BUAH HONJE LAKA (Etlingera elatior (JACK) R.M.SM.) MENGGUNAKAN METODE SIMPLEX LATTICE DESIGN 2024-11-04T02:22:22+00:00 Tuslinah Lilis lilistuslinah21@gmail.com Pangestu Aldy lilistuslinah21@gmail.com Yuliana Anna lilistuslinah21@gmail.com <p>Minuman jus Buah honje laka (<em>Etlingera elatior</em> (Jack) R.M.Sm.) sering dikonsumsi masyarakat sebagai minuman kesehatan. Senyawa metabolit skunder yang terkandung dalam buah honje laka yang memberikan warna merah dan mempunyai efek farmakologi adalah flavonoid yang berpotensi sebagai antioksidan. Flavonoid tidak stabil terhadap panas dan cahaya sehingga sediaan dalam bentuk sirup tidak mempunyai umur simpan lama. Dalam penelitian ini dikembangkan dalam bentuk granul instan menggunakan metode <em>foam mat drying</em> untuk meningkatkan stabilitas dan memperpanjang umur simpan sediaan honje laka (<em>Etlingera elatior</em> (Jack) R.M.Sm.) sebagai antioksidan. Tujuan dari penelitian adalah memperoleh formula granul instan yang memenuhi persyaratan granul dan potensi antioksidan. Formula sediaan granul dilakukan optimasi dengan metode <em>Simplex Lattice Design</em> melalui perubahan konsentrasi tween 80 dan tween 20. Na-CMC 0,3% ditambahkan sebagai <em>foam stabilizer</em>. Setiap formula dievaluasi meliputi respon sesuai dengan persyaratan granul dan stabilitas busa. Formula terbaik diverifikasi melalui <em>One Sample T-Test</em> dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan formula dengan Tween 80 sebesar 10% dengan nilai <em>desirability</em> 0,981 adalah formula terbaik. Berdasarkan formula tersebut diperoleh laju alir 5,47 g/s, kelarutan 97,37% kadar air 3,91% dan stabilitas busa 102,78%. Metode uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH ( <em>1,1 diphenyl -2- picrylhidrazil</em>) diperoleh nilai IC<sub>50</sub> yaitu sebesar 11,77 ppm menunjukkan bahwa sediaan granul instan mempunyai potensi antioksidan sangat kuat.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Tuslinah Lilis, Pangestu Aldy, Yuliana Anna https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1954 EVALUASI PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS BEDAH DIGESTIF DAN KAITANNYA DENGAN INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO) DI RSUP FATMAWATI 2025-01-01T02:25:03+00:00 Wahyuningrum Bekti bwningrum@gmail.com R Hesty Utami bwningrum@gmail.com Sarnianto Prih bwningrum@gmail.com Niken Magdalena bwningrum@gmail.com <p>Penggunaan antibiotik profilaksis dalam tindakan bedah dilakukan untuk mengurangi kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO), diperlukan evaluasi berkala untuk dapat membuat pedoman penggunaan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik pasien dan kesesuaian pemberian antibiotik profilaksis bedah digestif dan bagaimana pengaruhnya dengan IDO serta analisis DDD dan Gyssens di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Metode penelitiannya adalah deskriptif cross sectional dengan data retrospektif dari rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan dengan menilai karakteristik pasien, kesesuaian pemberian antibiotik profilaksis, serta Defined Daily Dose (DDD) dan Gyssens periode Januari-Desember 2021. Hasil penelitian dari sampel 112 pasien didapatkan IDO sebanyak 8 pasien. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis operasi (ρ-value 0,018) dengan kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO). Pada analisis kesesuaian antibiotik profilaksis dan kaitannya dengan Infeksi Daerah Operasi (IDO) yang mempunyai hubungan bermakna adalah jenis operasi bersih terkontaminasi dan terkontaminasi (ρ-value 0,008) dan waktu pemberian antibiotik profilaksis (ρ-value 0,020). Jenis operasi yang diteliti adalah bersih terkontaminasi dan terkontaminasi. Analisis lanjutan Post Hoc Bonferroni pada jenis operasi dan waktu pemberian antibiotik terdapat perbedaan bermakna baik yang sesuai, tidak sesuai serta tidak ada antibiotik (ρ-value kurang dari 0,05). Hasil dari DDD didapatkan untuk profilaksis 5,77 DDD/100 hari rawat, empiris 50,3 DDD/100 hari rawat, definitif 3,77 DDD/100 hari rawat. Hasil evaluasi Gyssens yang tertinggi yaitu untuk antibiotik profilaksis dengan kategori terbanyak adalah kategori I sebesar 58,9 %, empiris kategori 0 (tepat dan rasional) sebanyak 40,9%, antibiotik definitif dengan kategori terbanyak adalah kategori 0 (tepat dan rasional) sebesar 60%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis operasi bersih terkontaminasi dan terkontaminasi dan waktu diberikannya antibiotik profilaksis dapat menurunkan angka Infeksi Daerah Operasi (IDO).</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Wahyuningrum Bekti, R Hesty Utami, Sarnianto Prih, Niken Magdalena https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1900 HUBUNGAN PROSEDUR PERACIKAN DENGAN KUALITAS SEDIAAN RACIKAN NONSTERIL DI RUMAH SAKIT “X” KOTA TASIKMALAYA 2024-12-30T13:21:15+00:00 Oktaviani Heni hoktaviani09@gmail.com Hapsari Indri hoktaviani09@gmail.com Nofianti Tita hoktaviani09@gmail.com <p>Pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk racikan merupakan solusi dari keterbatasan formulasi anak yang memiliki keuntungan yaitu dapat dikombinasikan dengan obat lain sesuai kebutuhan pasien serta dapat disesuaikan dengan umur dan berat badan pasien. Banyak permasalahan yang terjadi dalam peracikan sediaan nonsteril di Indonesia yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pengobatan. Pembuatan sediaan farmasi dalam bentuk racikan harus mempunyai panduan untuk mencegah terjadinya kesalahan peracikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan prosedur peracikan dengan kualitas sediaan racikan nonsteril di Rumah Sakit “X” Kota Tasikmalaya. Metode pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode <em>purposive sampling</em>. Proses observasi peracikan menggunakan pertanyaan yang mengacu pada USP 795 dan Standar Operasional Prosedur dari Rumah Sakit dan Ikatan Apoteker Indonesia yaitu aspek proses, fasilitas, peralatan, bahan, penyimpanan, dokumentasi dan teknik peracikan kemudian dilakukan uji fisik (organoleptis, homogenitas, keseragaman bobot, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas, bobot jenis) dan uji mikrobiologi sampel. Analisis hasil diuji secara statistik menggunakan uji <em>Spearman-rank</em><em>. </em>Hasil penelitian menyatakan bahwa hasil observasi proses peracikan sediaan padat dan cair sudah sesuai dengan prosedur peracikan yang terdapat di Rumah Sakit “X” Kota Tasikmalaya (100%), untuk sediaan semi padat belum semua sesuai dengan standar Ikatan Apoteker Indonesia (83,33%). Uji kualitas fisik sediaan racikan stabil dan memenuhi persyaratan untuk sediaan padat dan cair (100%), untuk sediaan semi padat (75%). Adanya kontaminasi jamur <em>Candida albican</em> pada sediaan racikan padat (33,33%), semi padat (33,33%) dan sediaan racikan cair (100%). Hasil uji korelasi untuk kualitas sediaan menggunakan uji <em>Spearman-rank</em>, menyatakan ada hubungan signifikan antara prosedur peracikan dengan kualitas sediaan racikan non steril dilihat dari hasil uji korelasi yang diperoleh p value 0.018 (p&lt;0.05) dengan tingkat hubungan yang kuat 0.756 (0.51-0.75). </p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Oktaviani Heni, Hapsari Indri, Nofianti Tita https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1981 DEVELOPMENT AND EVALUATION OF PEPEROMIA PELLUCIDA L. PEEL-OFF GEL MASK AS ANTI-ACNE AGENT 2024-11-12T01:38:50+00:00 Indra Indra indra@universitas-bth.ac.id Prawira Yadi Aditya yadiaditya66@gmail.com Setiawan Fajar fajarsetiawan@universitas-bth.ac.id <p>This study investigates the development of a peel-off gel mask formulated with <em>Peperomia pellucida</em> L. extract as a natural treatment for acne. <em>Peperomia pellucida</em> L., traditionally valued for its medicinal properties, was characterized microscopically and macroscopically to confirm the plant’s identity and quality. Ethanol extraction yielded 16.54% bioactive compounds, including flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids, known for their antibacterial and anti-inflammatory activities. The research utilized a concentration-dependent approach, formulating three gel variants with 5% (F1), 10% (F2), and 15% (F3) extract concentrations. Antibacterial testing against <em>Propionibacterium acnes</em> showed that F3 exhibited the largest inhibition zone (10.72 mm), significantly outperforming the positive control (4.6 mm). Stability testing revealed that the formulations maintained consistent color, odor, and pH but faced challenges in viscosity and homogeneity at extreme temperatures. Hedonic testing indicated that participants favored F2 (10% extract) for its balanced aroma, color, and ease of application, although F1 and F3 were preferred for texture. Despite stability challenges, the formulations, mainly F3, demonstrated promising antibacterial efficacy. In conclusion, the peel-off gel mask containing <em>Peperomia pellucida</em> L. extract (F3) shows significant potential as a natural alternative to synthetic acne treatments. Further refinement is needed to enhance stability and user experience while maintaining its high antibacterial activity.</p> <p>study explores the development of a peel-off gel mask formulated with <em>Peperomia pellucida</em> L. extract for acne treatment. <em>Peperomia pellucida</em> L., traditionally known for its medicinal properties, was characterized microscopically and macroscopically, confirming the plant’s identity and quality. The ethanol extraction process yielded 16.54% of bioactive compounds, including flavonoids, tannins, saponins, and triterpenoids, known for their antibacterial and anti-inflammatory properties. Phytochemical screening confirmed these compounds’ presence, and antibacterial testing against <em>Propionibacterium acnes</em> revealed concentration-dependent inhibition, with the highest inhibition zone observed in the 15% extract formulation (F3). The gel formulations were evaluated for physical properties, stability, and user acceptance. Stability testing demonstrated consistency in colour, odour, and pH but revealed challenges in inhomogeneity and viscosity at extreme temperatures. Despite these issues, the formulations maintained antibacterial efficacy, mainly F3. Hedonic testing showed that participants favored F2 (10% extract) for its balanced aroma, color, and ease of application, although F1 and F3 were preferred for texture. In conclusion, the peel-off gel mask containing <em>Peperomia pellucida</em> L. shows significant potential as a natural, effective treatment for acne. However, further refinement is needed to optimize stability and user-friendliness while maintaining high antibacterial efficacy. These findings suggest that the extract could be a valuable addition to topical acne treatments, offering a natural alternative to synthetic products</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Indra Indra, Prawira Yadi Aditya, Setiawan Fajar https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2047 EFIKASI DAN KEAMANAN INHIBITOR PCSK9 DALAM PENCEGAHAN STROKE ISKEMIK: LITERATURE REVIEW 2024-12-05T05:50:00+00:00 Lathifa Shofia Ummu summulathifa@gmail.com Suharjono summulathifa@gmail.com <p>Stroke iskemik merupakan kelainan neurologis yang ditandai dengan berkurangnya suplai darah ke otak sehingga mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi kemudian menjadi nekrotik. salah satu penyebab stroke iskemik yang paling umum adalah terbentuknya aterosklerosis yang dikaitkan dengan kejadian stroke berulang. Penggunaan inhibitor PCSK9 dapat diberikan sebagai terapi pencegahan stroke iskemik dan kejadian stroke berulang sehingga perlu dilakukan kajian tentang efikasi dan keamanan inhibitor PCSK9 dalam pencegahan stroke dan penurunan angka kejadian stroke berulang. Penelitian ini menggunakan metode <em>literature review</em> dengan pencarian artikel dibatasi pada rentang waktu antara 2013 – 2023. Inhibitor PCSK9 secara signifikan dapat menurunkan LDL-C dan trigliserida sehingga mengurangi pembentukan aterosklerosis yang merupakan penyebab utama kejadian stroke. Kesimpulannya, inhibitor PCSK9 dapat digunakan sebagai pencegahan stroke iskemik dan stroke berulang tetapi pada beberapa penelitian belum menunjukkan keamanan ditandai dengan adanya efek samping kejang dan reaksi terhadap tempat suntikan sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Lathifa Shofia Ummu, Suharjono https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1998 FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN KRIM PEWARNA RAMBUT DARI Monascus purpureus 2024-11-12T01:48:32+00:00 Yuliana Anna resharesmawati@universitas-bth.ac.id Aulia Meisya meisyaauliaa21@gmail.com Shaleha Resha Resmawati resharesmawati@universitas-bth.ac.id <p>Rambut merupakan satu dari beberapa elemen penting dalam penampilan seseorang dan sering kali dianggap sebagai mahkota yang mempercantik tampilan. Budaya di masyarakat rambut diberikan perhatian khusus sebagai ekspresi diri dan keindahan dimana pewarna rambut dapat dipakai sebagai tempat untuk mengekspresikan diri, dimana pewarna rambut telah dikembangkan dengan memakai pewarna alami karena dinilai lebih aman dibandingkan dengan memakai pewarna sintetik. Angkak mengandung metabolit sekunder berupa pigmen Monascus dengan tiga kelompok utama, yakni pigmen kuning, merah, dan jingga dimana angkak sendiri merupakan produk fermentasi beras <em>Monascus </em>sp. Tujuan dari riset ini ialah memperoleh hasil dari proses emanfaatan ekstrak pigmen merah dan pigmen kuning <em>Monascus purpureus</em> sebagai pewarna rambut dibuat menjadi 4 formula dimana formula 1 mengandung angkak sebanyak 10%, formula 2 mengandung angkak sebanyak 15%, dan formula 3 mengandung angkak sebanyak 20%. Formula terbaik diperoleh ada F3 dari pigmen kuning dan telah memenuhi standar menurut SNI 16-4339-1996 pada uji pH, daya sebar, dan viskositas. Untuk uji organoleptik, homogenitas, stabilitas warna pada rambut, iritasi memiliki hasil yang baik. Uji hedonik dilakukan terhadap 15 panelis dengan hasil F3 dari pigmen kuning yang paling banyak disukai.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Yuliana Anna, Aulia Meisya, Shaleha Resha Resmawati https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2040 PENINGKATAN SIFAT FISIKOKIMIA KELARUTAN DAN DISOLUSI RAMIPRIL DENGAN KRISTAL MULTIKOMPONEN MENGGUNAKAN KOFORMER GOLONGAN ASAM KARBOKSILAT 2025-01-21T01:57:20+00:00 Pahlevi Muhamad Reza muhamad.rezapahlevi@bku.ac.id Saputro M. Ramadhan muhamad.rezapahlevi@bku.ac.id Sodik Jajang Japar muhamad.rezapahlevi@bku.ac.id Pratama Reza muhamad.rezapahlevi@bku.ac.id <p>Salah satu tantangan utama pengembangan obat saat ini adalah kelarutan yang buruk, karena diperkirakan 40% dari semua obat yang baru dikembangkan memiliki kelarutan dan permeabilitas yang buruk. Akibatnya, kandidat baru yang memasuki jalur pengembangan obat gagal karena sifat biofarmasi yang tidak optimal. Ramipril termasuk ke dalam BCS kelas II dengan nilai pKa 5,2 dan memiliki kelarutan air yang buruk dengan nilai bioavailabilitas yang rendah yaitu 28%. Absorbsi ramipril setelah pemberian oral yaitu 50%-60%. Keterbatasan sifat fisikokimia yang dimiliki ramipril dapat diatasi dengan modifikasi kristal salah satunya dengan pembentukkan kristal multikomponen menggunakan teknik kokristalisasi. Pendekatan dalam memperbaiki sifat fisikokimia ramipril dengan konteks kelarutan dan disolusi masih jarang dilakukan, sehingga dengan teknik kokristalisasi dalam modifikasi kristal ramipril menjadi suatu novelty dalam penelitian ini. Pendekatan dengan kristal multikomponen bertujuan untuk meningkatkan sifat fisikokimia ramipril seperti kelarutan dan disolusi. Metode yang digunakan dalam preparasi kristal multikomponen dengan teknik kokristalisasi yaitu <em>liquid assisted grinding</em> menggunakan koformer golongan asam karboksilat seperti asam tartrat dengan perbandingan 1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelarutan kristal multikomponen ramipril 4,35 mg/10 mL dan ramipril murni 1,69 mg/10 mL dalam aquadest. Kristal multikomponen ramipril terdisolusi 73,27% dan ramipril murni 51,74% selama 60 menit menggunakan media aquadest. Modifikasi kristal ramipril menggunakan teknik kristal multikomponen menggunakan metode <em>liquid assisted grinding</em> memberikan dampak perubahan sifat fisikokimia dalam meningkatkan kelarutan dan laju disolusi.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Pahlevi Muhamad Reza, Saputro M. Ramadhan, Sodik Jajang Japar, Pratama Reza https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1920 DESAIN DAN STUDI IN-SILICO TURUNAN TIOUREA SEBAGAI KANDIDAT RADIOFARMAKA 131I-THIOUREA UNTUK KANKER PAYUDARA 2024-09-26T06:48:42+00:00 Ruswanto Ruswanto ruswanto@stikes-bth.ac.id Rahayuningsih Nur nurrahayuridwan@gmail.com Pratama Febby febbyp01@gmail.com Mardiana Ummy ummymardiana@universitas-bth.ac.id <p>Berdasarkan data terbaru dari <em>Global Cancer Statistics</em>, kanker tetap menjadi tantangan kesehatan global yang signifikan, dengan sekitar 20 juta kasus baru dan 9,7 juta kematian yang dilaporkan pada tahun 2022. Kanker payudara, sebagai salah satu jenis kanker dengan prevalensi tertinggi, menekankan pentingnya pengembangan pendekatan diagnostik dan terapeutik yang inovatif. Radiofarmaka, khususnya yang menggunakan Iodium-131 (¹³¹I), telah menunjukkan potensi besar dalam diagnosis dan terapi kanker. Dalam penelitian ini, senyawa turunan thiourea yang dikenal memiliki potensi farmakologis terhadap kanker payudara, dievaluasi sebagai kandidat radiofarmaka teranostik. Penelitian ini menggunakan metode <em>in-silico</em> untuk mengevaluasi senyawa turunan thiourea yang ditandai dengan ¹³¹I. <em>Molecular docking</em> dilakukan menggunakan AutoDockTools untuk menilai energi ikatan dan interaksi senyawa dengan reseptor HER2 (PDB ID: 3PP0). Senyawa dengan afinitas pengikatan terbaik kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan simulasi dinamika molekul dengan perangkat lunak Desmond untuk mengevaluasi kestabilannya selama 200 ns. Selain itu, profil farmakokinetik dan toksisitas senyawa diprediksi menggunakan <em>platform</em> pkCSM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa ¹³¹I-(4-Decylbenzoyl)-3-methylthiourea merupakan kandidat paling potensial dengan nilai afinitas pengikatan (ΔG) sebesar -8,64 kkal/mol. Simulasi dinamika molekul menunjukkan bahwa senyawa ini stabil selama 200 ns. Selain itu, senyawa ini memiliki profil farmakokinetik yang baik dan tidak bersifat toksik, meskipun nilai LogP-nya sedikit melebihi batas yang ditetapkan dalam aturan Lipinski’s <em>Rule of Five</em>. Sebagai kesimpulan, senyawa ¹³¹I-(4-Decylbenzoyl)-3-methylthiourea menunjukkan potensi yang kuat sebagai kandidat radiofarmaka yang stabil dan efektif untuk pengobatan kanker payudara. Meskipun senyawa ini memenuhi sebagian besar kriteria kelayakan obat, validasi eksperimental lebih lanjut dan studi klinis diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya. Hasil penelitian ini memberikan landasan yang menjanjikan bagi penelitian lanjutan dalam aplikasi radiofarmaka untuk pengobatan kanker.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Ruswanto Ruswanto, Rahayuningsih Nur, Pratama Febby https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2075 QUANTIFICATION OF TOTAL FLAVONOID CONTENT IN FRACTIONATED YOUNG LEAF EXTRACTS OF RED SHOOT LEAVES (Syzygium myrtifolium) USING UV-VIS SPECTROPHOTOMETRY 2024-12-31T08:13:31+00:00 Syafriana Vilya v.syafriana@istn.ac.id Amelia Rika rikaamelia38@gmail.com Maftucha Nissa nissamaftucha@gmail.com Sholikha Munawarohthus mona.farmasi@istn.ac.id Handayani Windri windri.h@sci.ui.ac.id Yasman Yasman yasman.si@sci.ui.ac.id <p><em>Syzygium myrtifolium</em> (red shoot leaves) is widely known for its rich phytochemical profile, particularly flavonoids, which exhibit various pharmacological properties. This study aimed to determine the total flavonoid content in the crude extract, n-hexane fraction, ethyl acetate fraction, and water fraction of red shoot leaves (<em>Syzygium myrtifolium</em>) using a colorimetric method with quercetin as a standard. The results revealed that the ethyl acetate fraction had the highest flavonoid content (65.781 ± 6.365 mgQE/g), followed by the crude extract (26.093 ± 0.961 mgQE/g), n-hexane fraction (18.293 ± 2.925 mgQE/g), and water fraction (12.583 ± 0.824 mgQE/g). The study also found that the solvent polarity significantly influenced the flavonoid extraction efficiency, with ethyl acetate, a moderately polar solvent, being most effective for isolating flavonoid aglycones. The n-hexane fraction contained polymethyl flavonoids, which are more soluble in nonpolar solvents, while flavonoid glycosides were more soluble in polar solvents like water and alcohol mixtures. Furthermore, the research highlights the importance of extraction methods, as the total flavonoid content in mature red shoot leaves was found to be higher than in younger leaves, likely due to increased secondary metabolite production in mature tissues. This study emphasizes the role of solvent polarity in flavonoid extraction and provides insights into the phytochemical composition of <em>S. myrtifolium</em> leaves for potential applications in natural product research.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Syafriana Vilya, Amelia Rika, Maftucha Nissa, Sholikha Munawarohthus, Handayani Windri, Yasman Yasman https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2011 HYPOGLYCEMIA POTENTIAL OF ETHANOL EXTRACT OF MELINJO LEAVES (Gnetum gnemon L.) ON WISTAR MALE WHITE RATS 2025-01-06T07:47:18+00:00 Herlina Herlina herlinafarmasi@mipa.unsri.ac.id Wijaya Dina Permata herlinafarmasi@mipa.unsri.ac.id Starlista Viva herlinafarmasi@mipa.unsri.ac.id Amriani Annisa herlinafarmasi@mipa.unsri.ac.id Noviarny Herin herlinafarmasi@mipa.unsri.ac.id <p>Male rats were used in the study to evaluate the ethanol extract of melinjo leaf (Gnetum gnemon L.) for hypoglycemia after being given alloxan and having their pancreatic histology observed. Secondary metabolites with antidiabetic properties found in melinjo leaf include flavonoids, tannins, saponins, and phenolics. This study sought to ascertain the ethanol extract of melinjo leaves' ED50 as well as its impact on lowering blood glucose levels and monitoring pancreatic histology. The doses of melinjo leaf ethanol extract were varied to 125, 250, and 500 mg/kgBW. An insulin dosage of 1 IU/kgBW served as the positive control, a 0.5% Na CMC suspension served as the negative control, and a normal control group did not receive any therapy. Rats were tested by utilizing a DTN-410-K photometer to measure their fasting blood glucose levels on days 0, 10, 15, and 20 using the GOD-PAP enzymatic method. Hematoxylin-eosin staining was used in histopathology preparations, which were prepared in accordance with established protocols. Melinjo leaf ethanol extract dosages of 125, 250, and 500 mg/kgBW resulted in three treatment groups with corresponding the percentage of blood glucose reduction (%BGR) of 31.48, 34.39, and 42.90%, whereas the positive control had an average BGR of 40.68%. Melinjo leaf ethanol extract has an ED50 of 720.86 mg/kgBW. According to the histological image, the positive control group and the three treatment groups showed improvement, whereas the negative group's Langerhans islet endocrine cells showed necrosis. The 500 mg/kg BW dosage group shows the greatest improvement.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Herlina Herlina, Wijaya Dina Permata, Starlista Viva, Amriani Annisa, Noviarny Herin https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2078 FORMULASI DAN UJI KARAKTERISTIK GRANUL INSTAN POLIHERBAL BANGJALE (BANGLE, JAHE, DAN LEMON) SEBAGAI ANTIOKSIDAN 2025-01-06T04:31:27+00:00 Aji Nur nuraji090689@gmail.com Sutiswa Shandra Isasi shandra.isasi.si@gmail.com <p>Pada penelitian sebelumnya, serbuk instan kombinasi rimpang bangle, rimpang jahe dan sari buah lemon telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Formulasi dalam serbuk instan dengan maltodekstrin DE 18-20 sebagai bahan pengisi dan PEG-40 HCO sebagai peningkat kelarutan menghasilkan serbuk instan yang baik dalam hal kelarutan, akan tetapi daya alirnya kurang baik. Salah satu upaya memperbaiki kekurangan tersebut peneliti melakukan pengembangan produk dalam bentuk granul dan penambahan anti adheren. Penelitian tentang pengembangan produk kombinasi bangle, jahe dan lemon untuk memperoleh sediaan dengan karakteristik yang baik dalam bentuk sediaan granul instan. Penelitian dilakukan secara eksperimental laboratorium yang terbagi menjadi empat tahap pengerjaan. Pertama adalah penyiapan bahan uji dan pengujian parameter bahan. Tahap kedua, optimasi basis granul instan. Tahap ketiga, formulasi granul instan bangle jahe dan lemon. Tahap keempat, uji aktivitas antioksidan mengunakan metode DPPH (<em>2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl</em>) dari sediaan granul instan dan uji karakteristik sediaan granul instan. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak rimpang jahe, ekstrak rimpang bangle, dan sari buah lemon memiliki aktivitas anti oksidan dengan kategori kuat. Optimasi penggunaan PVP 2% sebagai pengikat pada menghasilkan granul dengan presentase paling banyak sebesar 52,1%. Formulasi granul bangjale (Bangle, jahe dan lemon) dengan penambahan aerosil menghasilkan granul dengan karakteristik sifat alir, faktor Hausner, kecepatan alir, dan sudut istirahat yang baik. Granul instan yang dihasilkan memiliki aktivitas antioksidan dengan kategori kuat. Formulasi Bangjale (bangle, jahe, dan lemon) dalam sediaan granul instan dengan penambahan aerosil dapat memperbaiki karakteristik granul terutama sifat alirnya.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Aji Nur, Sutiswa Shandra Isasi https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2066 CHARACTERIZATION AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF KALAKAI (Stenochlaena palustris) LEAVES EXTRACT IN NANOSTRUCTURED LIPID CARRIER SYSTEM 2025-01-06T01:16:10+00:00 Nurhaliza Fahrina fahrinanurhaliza123@gmail.com Fadillah Aris aris.f.1912@gmail.com Fauzi Muhammad fauzi.ozi294@gmail.com <p>Exposure to ultraviolet light can cause damage and death of skin cells through multiple mechanisms, including the formation of free radicals that can cause hyperpigmentation, erythema, sunburn, photo-aging, and even skin cancer. Kalakai (<em>Stenochlaena palustris</em>) is a typical Kalimantan plant with the ability to be a high antioxidant. However, it is still very rarely utilized. Kalakai leaves contain polyphenolic groups that function as free radical antidotes, as well as flavonoid compounds that can stabilize radical compounds. Various technology-based drug delivery systems have been developed to improve therapeutic effectiveness, including nanotechnology. Nanostructured lipid carrier (NLC) is the second-generation lipid-based carrier designed to overcome the limitations of previous-generation lipid-based carriers. This system consists of a mixture of and unstructured due to their different constituent parts. This research will develop a formula for kalakai leaf extract in a nanostructured lipid carrier system using the emulsification-sonication method. Based on the data, the characteristics of kalakai leaf extract in a nanostructured lipid carrier system that meet the standards are F1 (5%) and F2 (10%). Among the three formulas, F3 showed the highest IC50 value compared to F1 and F2, which is 14,967 ± 0,240 with powerful antioxidant activity, followed by F2 with an IC50 value of 24,186 ± 1,797, and F1 with IC<sub>50</sub> value of 65,504 ± 5,041.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Nurhaliza Fahrina, Fadillah Aris, Fauzi Muhammad https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2062 IN SILICO STUDY OF APIGENIN AND ITS DERIVATIVES AS POTENTIAL INHIBITORS OF TNF-Α AND MMP-9 FOR BURN WOUND HEALING 2024-12-15T07:31:13+00:00 Rasyid Baharun baharunrasyid@apps.ipb.ac.id Purwono Rini Madyastuti rinipurwono@gmail.com Prasetyo Bayu Febram bayupr@apps.ipb.ac.id Juniantito Vetnizah vetnizahju@apps.ipb.ac.id <p>The prevalence of burns ranks fourth in trauma after traffic accidents, falls, and violence. The prevalence of burns ranks fourth in trauma after traffic accidents, falls, and violence. The healing of burn wounds results from a complex inflammatory response where pro-inflammatory cytokines, for instance, TNF-α and MMP-9, play a pivotal role. Flavonoids with strong anti-inflammatory activity are apigenin, this compound comes from plants. In this study, we evaluated apigenin and its derivatives to determine their effectiveness as burn wound healing agents using molecular docking modeling techniques. To evaluate the molecular docking of these compounds with their target proteins, we used computer-aided drug design tools such as AutoDock Vina, PyMOL, and Discovery Studio. The data showed that apigenin compounds have better affinity than natural ligands to inhibit MMP-9 which can increase the rate of the inflammatory phase of burn wound healing. These findings indicate that apigenin and its derivatives have good potential to be candidates in the development of new therapeutic interventions for burn wound healing.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Rasyid Baharudin, Purwono Rini Madyastuti, Prasetyo Bayu Febram, Juniantito Vetnizah https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1911 AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN PROFIL KLT-BIOAUTOGRAFI TUMBUHAN KUPA TERHADAP Escherichia coli 2024-11-01T01:50:09+00:00 Yuniar Pia piayuniarr@gmail.com Rahmiyani Ira irarahmiyani@universitas-bth.ac.id Suhendy Hendy hendysuhendy@universitas-bth.ac.id <p>Kupa (<em>Syzygium polycephalum</em> Miq (Merr &amp; Perry)), tanaman asli Indonesia, telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional karena mengandung senyawa bioaktif dengan potensi farmakologis. Flavonoid, sebagai salah satu komponen utama dalam tanaman ini, diketahui memiliki sifat antimikroba. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi profil KLT-bioautografi serta menilai efek antibakteri ekstrak etanol kupa yang diperoleh dari berbagai bagian tanaman, yaitu daun, batang, buah, dan biji, terhadap <em>Escherichia coli</em>. Metode difusi cakram diterapkan untuk menilai efektivitas antibakteri ekstrak pada konsentrasi 10%–100%. Dalam pengujian ini, tetrasiklin digunakan sebagai kontrol positif, NaCl 0,9% sebagai kontrol negatif, dan DMSO sebagai blanko. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah kupa menghasilkan zona hambat dengan diameter 7,76 ± 0,72 mm, 8,26 ± 1,53 mm, 11,17 ± 0,05 mm, dan 12,7 ± 0,91 mm pada konsentrasi masing-masing 70%, 80%, 90%, dan 100%. Keberadaan zona hambat pada titik penotolan diidentifikasi dalam analisis KLT-bioautografi menunjukkan adanya senyawa polifenol, yang berperan dalam mekanisme antibakteri terhadap <em>E. coli</em>. Secara keseluruhan, ekstrak etanol buah kupa menunjukkan aktivitas antibakteri pada tingkat sedang hingga tinggi.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Yuniar Pia, Rahmiyani Ira, Suhendy Hendy https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1799 ANTIMICROBIAL ACTIVITY OF GREEN TEA FROM GAMBUNG, WEST JAVA, INDONESIA 2024-12-24T02:36:37+00:00 Abdurrahman Daud d.abdrn@gmail.com Gaffar Shabarni shabarni.gaffar@unpad.ac.id Riyani Riyani ani_riyanianalis@yahoo.com <p>Gambung green tea (<em>Camellia sinensis var. assamica</em>), cultivated in the highlands of West Java, Indonesia, is renowned for its unique sensory qualities and potential health benefits. Given the growing global concern over antibiotic resistance, there is an urgent need to explore natural alternatives with antimicrobial properties. This study investigated the antimicrobial and antioxidant properties of Gambung green tea extracts against clinically relevant pathogens, including <em>Staphylococcus aureus</em>, <em>Streptococcus pyogenes</em>, <em>Escherichia coli</em>, <em>Klebsiella pneumoniae</em>, and <em>Candida albicans</em>. Crude extracts were prepared using water, ethanol, and ethyl acetate, and phytochemical screening revealed the presence of flavonoids, polyphenols, tannins, and anthocyanins. Ethanol extraction yielded the highest extract mass (37.6%) and demonstrated the most potent antimicrobial activity, particularly against <em>S. aureus</em> (IC<sub>50</sub> 5.0 mg/mL) and <em>S. pyogenes</em> (IC<sub>50</sub> 7.5 mg/mL). The ethanol extract also exhibited strong antioxidant activity, as measured by the DPPH assay. <em>E. coli</em> showed moderate resistance (IC<sub>50</sub> 24.34 mg/mL), while <em>K. pneumoniae</em> and <em>C. albicans</em> were less susceptible. The results highlight the potential of Gambung green tea, particularly its ethanolic extract, as a natural antimicrobial and antioxidant agent. Further research is needed to identify specific bioactive compounds and their mechanisms of action. The localized origins and unique environment contribute to the distinctive phytochemical composition and biological activities observed. Further investigation into the specific bioactive compounds and structure-activity relationships is warranted to facilitate the development of Gambung green tea as a natural antimicrobial resource.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Abdurrahman Daud, Gaffar Shabarni, Riyani Riyani https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1800 IDENTIFIKASI SENYAWA POTENSIAL DARI Rhoeo spathacea SEBAGAI INHIBITOR MUTAN KatG Mycobacterium tuberculosis SECARA IN SILICO 2024-12-27T07:54:34+00:00 Fitriyani fy.fitriyani19@gmail.com Akbar Cesa Ilham cesailhamakbar@gmail.com Muslimah Zaza Eza zaachaa23@gmail.com Djalil Asmiyenti Djaliasrin asmiyenti@gmail.com <p>Resistensi <em>Mycobacterium tuberculosis</em> terhadap isoniazid (INH) akibat mutasi pada gen katG menjadi tantangan besar dalam penanganan <em>multidrug-resistant tuberculosis</em> (TB-MDR). Mutasi ini menyebabkan penurunan aktivitas enzim katalase-peroksidase, sehingga INH kehilangan efektivitasnya. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan agen terapi baru yang mampu berinteraksi dengan mutan katG untuk mengatasi resistensi INH. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa bioaktif potensial dari nanas kerang (<em>Rhoeo spathacea)</em> sebagai inhibitor mutan katG menggunakan pendekatan komputasi. PASS Online digunakan untuk penyaringan senyawa, dimana senyawa dengan nilai Pa &gt; 0,5 akan dilanjutkan ke studi penambatan molekul dengan AutoDock Vina-PyRx. Pemodelan struktur 3D mutan katG (T271I, G279R, E340Q, dan R373G) dilakukan menggunakan SWISS-MODEL dan hasil interaksi antara ligan dengan protein target dianalisis menggunakan Biovia Discovery Studio. Hasil dari PASS Online menunjukkan empat senyawa (<em>tradecantoside, rutin, peltatoside, dan ferulic acid</em>) memiliki potensi aktivitas antituberculosis dengan nilai Pa &gt; 0,5. Hasil penambatan molekul menunjukkan keempat senyawa memiliki afinitas lebih baik terhadap semua mutan katG dibandingkan dengan INH. <em>Tradecantoside </em>menunjukkan afinitas tertinggi terhadap empat mutan katG kecuali R373G, menjadikannya kandidat potensial untuk pengembangan terapi TB-MDR yang lebih efektif dalam mengatasi resistensi <em>M. tuberculosis</em>.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Fitriyani, Akbar Cesa Ilham, Muslimah Zaza Eza, Djalil Asmiyenti Djaliasrin https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2115 OPTIMALISASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN NARINGENIN MELALUI SISTEM PENGHANTARAN NANOTRANSFERSOM 2025-02-05T04:42:00+00:00 Sari Putri Rovita r242220364@mhs.setiabudi.ac.id Kuncahyo Ilham r242220364@mhs.setiabudi.ac.id Surnarni Titik r242220364@mhs.setiabudi.ac.id <p>Naringenin sebagai agen antioksidan secara alami yang telah banyak di teliti, namun efektivitasnya terbatas disebabkan penyerapannya yang buruk karena sulit melewati membran sel. Transfersom diperkenalkan sebagai sistem penghantaran yang memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik sehingga mampu mengubah bentuk sehingga mudah melewati pori-pori dengan diameter yang jauh lebih kecil. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimalkan aktivitas antioksidan naringenin melalui sistem penghantaran nanotransfersom. Nanotransfersom naringenin dibuat menggunakan metode hidrasi lapis tipis dan dikarakterisasi berdasarkan ukuran, indeks polidispersi partikel, zeta potensial, efisiensi penjebakan dan aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil penelitian nanotransfersom naringenin mampu menjebak hingga 92,4% dengan ukuran partikel 62,6 nm, nilai PDI 0,209, potensi zeta −32,5 mV. Naringenin dalam nanotransfersom menunjukkan potensi 2 kali lebih baik sebagai antioksidan dibandingkan dengan naringenin dengan nilai IC<sub>50</sub> naringenin 6.132 ± 0.325 dan transfersom naringenin adalah 3.739 ± 0.144. Hasil ini menunjukkan bahwa nanotransfersom naringenin dapat digunakan sebagai pembawa yang efektif untuk sediaan obat oral maupun topikal.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Sari Putri Rovita, Kuncahyo Ilham, Surnarni Titik https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2114 KADAR TOTAL FLAVONOID DAN AKTIVITAS ANTIDIABETES DAUN Gnetum gnemon L.: STUDI IN SILICO 2025-02-05T04:36:33+00:00 Kurniawati Nurrizka nurrizkak@gmail.com Hayati Lintang Nur nurrizkak@gmail.com Mar'ah Nurul Hidayatul nurrizkak@gmail.com <p><em>Gnetum gnemon</em> L. adalah herbal yang banyak digunakan di Indonesia, dikenal karena kandungan metabolit sekundernya seperti flavonoid, terpenoid, stillbenoid, dan polifenol. Meskipun berbagai penelitian telah menunjukkan potensi senyawa bioaktif dalam melinjo, studi yang mengeksplorasi pengaruh tahap kematangan daun terhadap kandungan flavonoid serta evaluasi mekanisme molekulernya terhadap protein target diabetes masih jarang dilakukan. Penelitian ini mengevaluasi total kandungan flavonoid dalam ekstrak etanol 70% daun melinjo (muda dan tua) menggunakan spektrofotometri UV-Vis, serta afinitas senyawa terhadap target protein diabetes (GLUT1, PPAR-γ, glukokinase) melalui analisis <em>in silico</em>. Hasil menunjukkan bahwa daun tua memiliki konsentrasi flavonoid sebesar 1,42%, lebih tinggi dibandingkan daun muda yang hanya 1,27%, dengan perbedaan yang signifikan secara statistik (p&lt;0,05). Analisis <em>in silico</em> mengungkapkan bahwa senyawa gnemonoside D dan gnetin C menunjukkan energi pengikatan tertinggi terhadap target protein diabetes (-10,13 dan -10 kkal/mol), melampaui obat kontrol positif gliburida dan luteolin. Temuan ini menegaskan potensi <em>G. gnemon L</em>. sebagai agen anti-diabetes alami. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitas senyawa ini melalui uji <em>in vivo</em> dan uji klinis, serta mengeksplorasi pengembangan formulasi obat berbasis flavonoid. Selain itu, meskipun hasil <em>in silico</em> menunjukkan bahwa senyawa flavonoid memiliki aktivitas penghambatan lebih tinggi daripada obat kontrol, uji farmakokinetik dan farmakodinamik diperlukan untuk memastikan efektivitasnya dibandingkan obat konvensional dalam pengobatan diabetes.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Kurniawati Nurrizka, Hayati Lintang Nur, Mar'ah Nurul Hidayatul https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/2045 IDENTIFIKASI PENGGUNAAN OBAT HIGH ALERT PADA PASIEN LANSIA DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GAMPING BERDASARKAN BEERS CRITERIA 2025-01-02T07:56:11+00:00 Supadmi Woro woro.supadmi@pharm.uad.ac.id Rahmana Bahrul Adhim bahrul2000023236@webmail.uad.ac.id Sudibyo Joko wsupadmi@yahoo.com <p>Pasien lanjut usia (lansia) adalah pasien yang sering dikaitkan dengan berbagai penyakit dan penurunan fungsi organ sehingga berisiko lebih besar pada saat menggunakan obat. Penggunaan obat high alert pada lansia perlu kewaspadaan. High alert merupakan obat yang memiliki risiko tinggi menimbulkan efek berbahaya jika penggunaannya tidak tepat. Beers Criteria merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi penggunaan obat pada pasien lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat high alert mengacu dalam daftar ISMP dan kajian berdasarkan beers criteria 2019 pada pasien lanjut usia di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional secara retrospektif. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus slovin dan diperoleh 417 sampel. Data diambil dari rekam medik elektronik RS PKU Muhammadiyah Gamping periode Juni – Agustus 2023 yang mendapatkan terapi obat high alert. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menghitung persentase golongan obat high alert yang paling banyak digunakan dan persentase kajian terapi obat high alert berdasarkan beers criteria 2019. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa dari 417 pasien terdapat 233 (55,88%) pasien laki-laki dan 184 (44,12%) pasien perempuan dan dari 643 penggunaan obat high alert berdasarkan ISMP, obat yang paling banyak digunakan adalah obat golongan insulin dengan persentase 39,35%. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa dari seluruh sampel penelitian penggunaan obat high alert pada pasien lanjut usia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, terdapat 380 (59,10%) obat masuk dalam beers criteria 2019 sebagai obat yang berpotensi tidak tepat, sementara 263 (40,90%) tidak masuk dalam beers criteria 2019.</p> 2025-02-24T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2025 Supadmi Woro, Rahmana Bahrul Adhim, Sudibyo Joko