Pharmacoscript https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT <ul> <li class="show"><strong>E-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2685-1121</a></strong></li> <li class="show"><strong>P-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2622-4941</a></strong></li> <li class="show"><strong>URL: <a href="http://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT" target="_blank" rel="noopener">http://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT</a></strong></li> </ul> <p>Pharmacoscript is a research journal managed by the Pharmacy Study Program under the Research and Service Institute of the Perjuangan University of Tasikmalaya (P-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2622-4941</a> E-ISSN: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit?search=pharmacoscript" target="_blank" rel="noopener">2685-1121</a>). This journal is a research publication media and article review on all aspects of pharmaceutical science that are innovative, creative, original and scientifically based which are published 2 times in 1 year, namely in August and February. This journal covers specialized fields in pharmaceuticals such as pharmaceutical chemistry, pharmaceutical technology, pharmacology, pharmaceutical biology, clinical pharmacy, and pharmaceutical biotechnology.</p> en-US <p>Authors who publish with this journal agree to the following terms:</p><ol start="1"><li>Authors retain copyright and grant the journal right of first publication, with the work [SPECIFY PERIOD OF TIME] after publication simultaneously licensed under a <a href="https://creativecommons.org/licenses/by/3.0/" target="_new">Creative Commons Attribution License</a> that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.</li><li>Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.</li><li>Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See <a href="http://opcit.eprints.org/oacitation-biblio.html" target="_new">The Effect of Open Access</a>).</li></ol> richamardianingrum1@gmail.com (Richa Mardianingrum) im.amigos.im@gmail.com (Imam Mustaqim Garna) Wed, 29 May 2024 14:02:11 +0000 OJS 3.2.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 PREDIKSI ADMET DAN MOLECULAR DOCKING METABOLIT SEKUNDER CENTELLA ASIATICA SEBAGAI CALON ANTIKANKER PAYUDARA https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1413 <p>Kanker payudara merupakan penyakit yang ditandai oleh pembelahan sel payudara yang tidak terkendali, karena mutasi atau perubahan abnormal. Doxorubicin adalah agen kemoterapi standart untuk kanker payudara, namun memiliki efek samping dan dapat menyebabkan resistensi obat. Pemanfaatan bahan alam Indonesia dapat digunakan sebagai sarana pengobatan alternatif/komplementer, dengan keunggulan efek samping relatif kecil dibanding bahan kimia sintetis. <em>Centella asiatica </em>adalah salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional antikanker. Dalam pengembangan dan penemuan obat baru membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama serta tenaga yang banyak karena perlu dilakukan uji coba dan sintesis pada sebagian besar prosesnya tanpa adanya desain atau alasan yang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas sitotoksik metabolit sekunder <em>Centella asiatica</em>, secara <em>in silico</em>. Pengujian yang dilakukan adalah prediksi sifat fisikokimia <em>druglikenes</em>s, ADME-Tox, serta <em>molecular docking</em> metabolit sekunder dan obat pembanding Doxorubicin terhadap target reseptor SIRT1 (kode PBD: 4I5I.pdb) mengguankan program <em>Autodock Vina</em>. Dengan hasil energi ikatan yang lebih baik daripada obat pembanding Doxorubicin (-9,46kkal/mol), yaitu 3-O-cis-Caffeoylquercetin (-10.34kkal/mol), Quercetin (-10.28kkal/mol), dan 3-O-cis-Coumaroyl-kaempferol (-10.19kkal/mol). Maka metabolit sekunder <em>Centella asiatica</em> terbaik secara <em>in sillico</em>, yang dapat digunakan sebagai calon antikanker payudara adalah 3-O-cis-Caffeoylquercetin.</p> Farah Fadhilah Faza, Dini Kesuma, Azminah Copyright (c) 2024 farah Fadhilah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1413 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 PENGARUH METODE EKSTRAKSI TERHADAP AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAUN RAMANIA (Bouea macrophylla Griffith) TERHADAP Staphylococcus aureus https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1462 <p>Ekstrak metanol dari daun Ramania (<em>Bouea macrophylla</em> Griffith) telah teruji dengan dosis kecil memiliki efek antibakteri terhadap bakteri <em>Staphylococcus aureus</em>, namun belum pernah dilakukan pengujian pada dosis yang lebih tinggi dan membandingkan pada metode ekstraksi yang berbeda seperti maserasi dan soxhletasi. Pada penelitian bermaksud untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat pada ekstrak metanol dari daun ramania dengan metode yang berbeda dan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak terhadap penghambatan bakteri<em> S</em><em>.</em><em>aureus </em>dengan penyarian secara maserasi dan soxhletasi<em>.</em> Uji antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi sumuran. Penapisan fitokimia terhadap ektrak metanol daun remania menunjukkan keberadaan senyawa yaitu mengandung senyawa saponin, flavonoid, fenol, tanin, steroid. Hasil ují antibakteri terhadap ekstrak daun ramania yang diperoleh dengan metode maserasi lebih baik dibandingkan dengan ekstrak yang diperoleh dengan metode Soxlet, yaitu pada konsentrasi 50, 40, 30, 20 dan 10%, memberikan zona hambat berturut-turut sebesar 19,28;13,28; 12,93; 12,25; dan 10,98 mm, dengan kategori kuat. Sedangkan hasil pada pengujian dengan esktraksi menggunakan alat soxhlet pada konsentrasi 50, 40, 30, 20 dan 10%, memberikan zona hambat berturut-turut sebesar 10,7; 10,3; 8,9; 8,6; dan 8,3 mm dengan kategori sedang sampai kuat.</p> Fitriyanti, Syifa, Ahmad, Revita Saputri, Rahmi Muthia Copyright (c) 2024 Syifa Syifa, Ahmad Ahmad, Fitriyanti Fitriyanti, Revita Saputri, Rahmi Muthia https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1462 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 PENGARUH ASAM SITRAT DAN JENIS KEMASAN TERHADAP MUTU MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale var. rubrum) https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1294 <p>Jahe merah <em>(Zingiber officinale</em> var<em>. rubrum)</em> adalah varietas jahe dengan kandungan volatil lebih tinggi daripada jenis jahe lainnya, minyak atsiri jahe merah memiliki banyak aktivitas farmakologis seperti antimikroba, antiinflamasi, antikanker, dan antioksidan. Jenis kemasan dan keberadaan bahan pengkelat bisa mempertahankan mutu minyak atisri jahe merah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis mutu minyak atisri jahe merah setelah penambahan variasi kadar asam sitrat yang disimpan dalam kemasan plastik HDPE dan botol kaca gelap. Minyak atsiri jahe merah dimasukkan ke dalam kemasan botol kaca gelap (BKG) dan high-density polyethylene (HDPE) dan masing-masing ditambahkan asam sitrat dengan variasi kadar 0, 2, 4, 6% (b/b) dan didiamkan selama 14 hari. Parameter mutu ditetapkan meliputi kadar zingiberen dan sifat organoleptik (warna, aroma, dan rasa). Hasil penetapan kadar zingiberen secara <em>gas chromatography-mass spectrophotometry</em> (GC-MS) menunjukkan kadar zingiberen tertinggi adalah 21,46±0,03% yang terdapat pada kemasan BKG dengan kadar asam sitat 4% (BKG4). Sampel dengan penambahan asam sitrat 2% dan 4% b/b pada kemasan BKG memiliki warna paling stabil. Sampel dengan botol kaca gelap menghasilkan aroma jahe segar yang lebih baik dibandingkan sampel yang disimpan dalam HDPE. Hasil penelitian dapat disimpulkan minyak atsiri jahe merah yang disimpan di dalam botol kaca gelap dengan penambahan asam sitrat 4% b/b memiliki kadar zingiberen tertinggi yang dimana 0,56% lebih tinggi dibandingkan tanpa penambahan asam sitrat dengan sifat organoleptik stabil.</p> Faza Rizki Safira, Hasyyati Nadhilah, Setia Permana, Selly Harnesa Putri Copyright (c) 2024 Faza Rizki Safira, Hasyyati Nadhilah, Setia Permana, Selly Harnesa Putri https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1294 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 SERBUK EFFERVESCENT KOMBINASI EKSTRAK JAHE MERAH (Zingiber officinale var.rubrum) DAN MADU SEBAGAI PENGOBATAN RADANG TENGGOROKAN https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1381 <p>Faringitis atau radang tenggorokan merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamur. Bakteri yang dapat menyebabkan faringitis atau radang tenggorokan yaitu bakteri Streptococcus β hemoliticus grup A atau Streptococcus pyogenes. Pengobatan penyakit infeksi biasanya menggunakan antibiotik, tetapi penggunaan antibiotik yang sering dapat menyebabkan resistensi. Jahe merah merupakan tanaman yang mempunyai kandungan senyawa metabolit sekunder seperti fenol, flavonoid, saponin dan minyak astiri yang memiliki aktivitas salah satunya yaitu sebagai antibakteri. Selain tanaman jahe, madu juga mempunyai kandungan vitamin C dan pinobankisne yang bermanfaat sebagai antibakteri dan berfungsi untuk menurunkan tingkat keparahan batuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri ekstrak jahe merah terhadap Streptococcus pyogenes secara invitro. Rimpang jahe merah di ekstraksi menggunakan etanol 96%. Untuk mengetahui apakah kombinasi ekstrak jahe merah dan madu dapat dijadikan sebagai sediaan serbuk effervescent serta untuk mengetahui apakah sediaan serbuk effervescent kombinasi ekstrak jahe merah dan madu tersebut masih memberikan aktivitas antibakteri Streptococcus pyogenes penyebab radang tenggorokan. Formulasi serbuk effervescent dibuat dengan konsentrasi 1%, 5% dan 10% ekstrak jahe merah dengan penambahan madu 5%. Uji karakteristik serbuk effervescent meliputi uji organoleptik, kelembaban, waktu alir, sudut istirahat, waktu larut, tinggi busa, pH serta uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang jahe merah dapat memberikan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus pyogenes penyebab radang tenggorokan dan formulasi serbuk effervescent telah memenuhi persyaratan uji karakterisktik fisik sediaan tetapi tidak memberikan aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus pyogenes.</p> Anna Yuliana, Widia Ningsih, Hendy Suhendy Copyright (c) 2024 Widia Ningsih https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1381 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR KOMBINASI RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.) DENGAN BUAH LADA HITAM (Piper nigri L.) PADA TIKUS WISTAR https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1589 <p>Temulawak (<em>Curcuma xanthorriza</em> Roxb.) merupakan tanaman tradisional dengan kandungan utamanya adalah kurkuminoid yang berkhasiat hepatoprotektor. Penyerapan kurkuminoid yang buruk dapat ditingkatkan dengan piperin. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek hepatoprotektor kombinasi rimpang temulawak dengan buah lada hitam dalam bentuk kapsul yang terdiri dari temulawak/lada hitam (1520mg/40mg). Efek hepatoprotektor diuji pada tikus Wistar jantan yang diinduksi kerusakan hati dengan obat TB (isoniazid dan rifampisin). Dua dosis kombinasi yang diuji yaitu ekivalen dengan 2 Kapsul temulawak/lada hitam (TLH1) dan 3 kapsul temulawak/lada hitam (TLH2) masing-masing kombinasi simplisia uji tersebut. Hasil menunjukkan temulawak dan kombinasinya (TLH1 dan TLH2) mulai mencegah kerusakan hati pada pemberian hari ke-14 yang terlihat dari aktivitas ALT. Dilihat dari kadar albumin, temulawak maupun kombinasinya dapat memperbaiki kerusakan hati mulai hari ke-7 pemberian. Secara umum kombinasi lebih berpotensi mencegah dan mengobati kerusakan hati dibandingkan tanpa kombinasi.</p> Mochamad Herdi Nurzaman, Adila Awaludin, Salsabila Adlina Copyright (c) 2024 Mochamad Herdi Nurzaman, Adila Awaludin, Salsabila Adlina https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1589 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 PENGARUH PELAYANAN HOME CARE APOTEKER PADA PENGETAHUAN, KEPATUHAN, KUALITAS HIDUP, DAN OUTCOME KLINIS PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KOTA TANGERANG https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1556 <p>Pelayanan kefarmasian yang berfokus pada pasien, khususnya home pharmacy care, menekankan penerapan edukasi melalui home care oleh apoteker sebagai pendekatan untuk memodifikasi perilaku hidup pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi dampak pelayanan home care apoteker terhadap pengetahuan, tingkat kepatuhan, kualitas hidup, dan hasil klinis pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Neglasari (kelompok intervensi) dan Puskesmas Bugel (kelompok kontrol) selama periode tiga bulan dengan desain quasi eksperimental menggunakan two group pretest-posttest. Sampel penelitian dipilih melalui metode total sampling, melibatkan 100 pasien diabetes melitus tipe 2 (51 dalam kelompok intervensi dan 49 dalam kelompok kontrol). Instrumen penelitian berupa Kuesioner ADL knowledge, kuesioner Medication Adherence Report Scale (MARS) dan Kuesioner Short form-36 (SF-36). Pada tahap awal penelitian, uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam karakteristik demografi dan profil klinis antara kedua kelompok, dengan nilai p p-value &gt;0,005. Setelah intervensi home care, uji Chi-Square pada kelompok intervensi mengindikasikan perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian home care terkait pengetahuan (p=0,000), tingkat pengetahuan menggunakan dua metode MARS-5 (p=0,003) dan pill count (p=0,005), kualitas hidup (p=0,000), serta hasil klinis (p=0,013). Sementara pada kelompok kontrol, tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah penelitian, dengan nilai p-value &gt;0,005. Uji Mann-Whitney menunjukkan perbedaan signifikan pada hasil posttest terkait pengetahuan, tingkat kepatuhan, kualitas hidup, dan hasil klinis antara kedua kelompok (p=0,000*). Uji korelasi dengan Spearman’s rho menegaskan adanya hubungan antara pengetahuan, tingkat kepatuhan, kualitas hidup, dan hasil klinis (sig=0,000). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pelayanan home care yang disediakan oleh apoteker efektif dalam memperbaiki seluruh aspek variabel yang menjadi fokus penelitian.</p> Irna Fitriana, Hesty Utami R, Yusi Anggriani, Yuliani Copyright (c) 2024 Irna Fitriana, Hesty Utami R, Yusi Anggriani, Yuliani https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1556 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 PENGEMBANGAN SEDIAAN SERUM WAJAH EKSTRAK ETANOL DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L) Merr) SEBAGAI ANTIOKSIDAN https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1411 <p>Proses penuaan pada setiap orang akan terjadi secara alamiah dan tidak dapat dihindari. Banyak faktor yang menjadi penyebab proses penuaan lebih cepat dari waktu yang seharusnya, salah satunya adalah faktor eksternal seperti radikal bebas dan dari paparan sinar UV. Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan sediaan serum wajah ekstrak etanol daun katuk <em>(Sauropus androgynus</em> L.Merr) sebagai antioksidan. Metode penelitian meliputi pengolahan daun katuk menjadi simplisia kering hingga diperoleh berupa serbuk halus, pembuatan ekstrak daun katuk dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%, skrining fitokimia, karakteristik ekstrak, pengujian antioksidan dengan metode DPPH menggunakan Spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 516 nm, pembuatan formula sediaan serum wajah dengan penambahan ekstrak etanol daun katuk dengan masing-masing konsentrasi 3% (F1), 5% (F2) dan 7% (F3) ke dalam serum. Evaluasi sediaan serum meliputi pengujian organoleptik, homogenitas, pH, viskositas dan daya sebar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun katuk bisa dikembangkan dalam serum wajah dengan hasil evaluasi semua formula sediaan yang baik memenuhi syarat diperoleh F3 sebagai formula terbaik dengan nilai IC<sub>50</sub> sebesar 34,93 ppm termasuk kedalam kategori antioksidan sangat kuat. Dengan demikian sediaan serum ekstrak daun katuk bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi proses penuaan dini yang baik.</p> Lusi Nurdianti, Mochamad Fathurohman, Riska Prolina, Fajar Setiawan, Ade Yeni Aprilia, Ardianes Firmansya Copyright (c) 2024 Lusi Nurdianti, Mochamad Fathurohman, Riska Prolina, Fajar Setiawan, Ade Yeni Aprilia, Ardianes Firmansya https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1411 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 SERUM ANTIAGING KOMBINASI EKSTRAK BUAH CEREMAI (Phyllanthus acidus L. SKEELS) DAN KULIT BUAH SEMANGKA (Citrullus lanatus THUNB.) https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1530 <p>Kulit dapat mengalami penuaan atau <em>aging </em>yang didefinisikan sebagai hilangnya keseimbangan homeostatik suatu organisme secara progresif. Indikator aging diantaranya keberadaan hyperpigmentasi yang disebabkan oleh enzim tyrosinase. Banyak Cara yang dapat dilakukan untuk mencegah aging adalah dengan melakukan perawatan kulit menggunakan serum antiaging<em>.</em> Senyawa bioaktif dari tanaman berkembang dan populer untuk digunakan sebagai bahan kosmetik dalam formulasi karena banyak dilaporkan mengandung vitamin, antioksidan, minyak essensial, protein, senyawa fenolik, dan zat aktif lainnya. Buah Ceremai (<em>Phyllantus acidus</em>) diidentifikasi mengandung senyawa asam glikolat dan asam sitrat, sedangkan kulit buah semangka (<em>Citrullus lanatus</em>) mengandung saponin, tanin, alkaloid dan flavonoid. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat formulasi serum <em>antiaging</em> dari kombinasi buah ceremai (<em>Phyllantus acidus</em>) dan ekstrak kulit buah semangka (<em>Citrullus lanatus</em>) sebagai inhibisi enzim tirosinase. Penelitian ini meliputi pengujian aktivitas ekstrak dan sediaan serum terhadap inhibisi enzim tirosinase dengan metode <em>in vitro</em> menggunakan ELISA. Hasil penelitian aktivitas inhibisi enzim tirosinase ekstrak buah ceremai menunjukan nilai IC<sub>50</sub> sebesar 9.551 µg/mL dan ekstrak kulit buah semangka 3.304 µg/mL. Inhibisi enzim tirosinase serum F1 mendapatkan nilai IC<sub>50 </sub> 1.137 µg/mL sedangkan F2 sebesar 1.025 µg/mL. Hasil yang dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit buah semangka lebih aktif sebagai inhibisi enzim tirosinase daripada ekstrak buah ceremai tetapi hasil sediaan serum menunjukan hasil yang memiliki potensi sebagai inhibisi enzim tyrosinase.</p> Eneng Elda Ernawati, Nani Suryani, Sifa Nuramalia, Tarso Rudiana Copyright (c) 2024 Eneng Elda Ernawati, Nani Suryani, Sifa Nuramalia, Tarso Rudiana https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1530 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 AKTIVITAS ANTIBIOFILM EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Staphylococcus aureus https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1552 <p>Daun pepaya (<em>Carica papaya</em> L.) mengandung alkaloid, tanin, steroid, flavonoid dan papain yang dapat menghambat perlekatan sel dan pertumbuhan <em>Actinomyce</em>s. Tujuan penelitian ini untuk melihat aktivitas antibiofilm ekstrak daun pepaya terhadap <em>Staphylococcus aureus</em>, bakteri penyebab infeksi dan resisten terhadap beberapa antibiotik. <em>Staphylococcus aureus</em> memiliki resistensi antibiotik yang lebih tinggi dalam bentuk biofilm dibandingkan dalam bentuk plankton. Uji turbidimetri dilakukan pada <em>96 well plate</em> dengan penambahan kristal violet. Metode maserasi dilakukan dengan pelarut air steril digunakan untuk mengekstraksi pada simplisia daun pepaya. Selanjutnya dibuat ekstrak kental daun pepaya diencerkan sehingga diperoleh dengan sepuluh konsentrasi berbeda dengan interval konsentrasi 9,76 – 5000 μg/mL.Tetrasiklin HCl dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak uji digunakan sebagai antibiotik pembanding. Uji aktivitas antibiofilm pada <em>Staphylococcus aureus</em> menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki aktivitas antibiofilm pada konsentrasi 625, 1250, 2500, dan 5000 μg/mL serta dapat menghambat pembentukan biofilm dengan nilai MBIC dari 625 g/mL.</p> Mira Andam Dewi, Anggi Gumilar, Wisma Sari Indah Copyright (c) 2024 Mira Andam Dewi, Anggi Gumilar, Wisma Sari Indah https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1552 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000 ANALISIS MUTU KIMIA DAN FISIK TEH HERBAL DAUN JAMBLANG (Syzygium cumini (L.) Skeels) BERDASARKAN WAKTU DAN SUHU PENGERINGAN https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1607 <p>Daun Jamblang (<em>Syzygium cumini</em> (L.) Skeels) merupakan salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai antidiabetes. Penelitian ini secara umum untuk mengembangkan formulasi teh dari daun jamblang dengan penambahan daun stevia sebagai alternatif minuman fungsional bagi penderita diabetes. Tujuan penelitian ini untuk membuat teh herbal daun jamblang dan mengetahui standar mutunya. Analisis teh herbal daun Jamblang memakai rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan suhu pengeringan 50<sup>o</sup>C, 90<sup>o</sup>C, 110<sup>o</sup>C dan waktu pengeringan 110 menit; 130 menit; 150 menit. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis keragaman <em>One Way </em>ANOVA (<em>Analysis of Variance</em>) dengan taraf kepercayaan 95% kemudian di uji lanjutan <em>Duncan’s Multiple Range Test </em>(DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu dan waktu pengeringan dalam pembuatan teh herbal daun jamblang memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu total, angka lempeng total, uji hedonik warna, aroma, dan rasa. Namun, tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kadar abu larut dalam air dan kadar abu tidak larut asam. Teh herbal daun jamblang dengan penambahan stevia yang terpilih oleh panelis adalah perlakuan S3T2 (suhu pengeringan 110<sup>o</sup>C dengan waktu pengeringan 130 menit) berdasarkan dari parameter warna, aroma, dan rasa.</p> Himyatul Hidayah, Surya Amal, Fitri Mutiaraning Tyas Copyright (c) 2024 Himyatul Hidayah, Surya Amal, Fitri Mutiaraning Tyas https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 https://e-journal.unper.ac.id/index.php/PHARMACOSCRIPT/article/view/1607 Wed, 29 May 2024 00:00:00 +0000