PRODUKSI FESES DAN BIOGAS DARI FESES KELINCI LEPAS SAPIH DENGAN SUMBER SERAT BERBEDA DALAM RANSUM
DOI:
https://doi.org/10.36423/baar.v1i1.165Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi feses dan biogas dari feses kelinci lepas sapih yang diberi perlakuan sumber serat berbeda dalam ransum. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelinci New Zealand White (NZW) yang berumur 45 hari, unsex dan bobot badan awal 1 – 1,5 kg, feses kelinci dari masing-masing perlakuan, starter berupa cairan rumen sapi, air dan plastisin. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan yaitu T1 : sumber serat dalam ransum berupa kulit kopi (8%), T2 : sumber serat dalam ransum berupa campuran kulit kopi (4%) dengan kulit kacang (4%) dan T3 : sumber serat dalam ransum berupa kulit kacang (8%) dengan masing-masing 5 ulangan. Koleksi feses selama 10 hari dan evaluasi produksi biogas dilakukan selama 4 minggu. Analisis data menggunakan uji F. Hasil pengamatan menunjukkan perlakuan T1, T2 dan T3 tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap produksi feses. Perlakuan pemberian pakan T1, T2 dan T3 juga tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap produksi biogas feses dari masing-masing perlakuan. Kesimpulan yang diperoleh yaitu pemberian pakan dengan sumber serat yang berbeda menghasilkan produksi feses dan produksi biogas yang relatif sama.
Kata Kunci : Feses, biogas, kulit kopi, kulit kacang.
Referensi
AOAC. 2005. Official Methods of Analysis Association of Official Analytical Chemistry, Association of Analytical Chemists. Ed 18th.
Cheeke, P. R. 1987. Rabbit Feeding and Nutrition. Academic Press. Inc. Orlando, Florida.
Dewi, G. S., Sutaryo dan A. Purnomoadi. 2014. Produksi dan laju produksi gas methan pada biogas dari feses sapi Madura jantan yang mendapatkan pakan untuk produksi yang berbeda. Anim. Agric. J. 3 : 538 – 543.
Hakim, L. N., Nurwantoro dan A. Purnomoadi. 2012. Total bakteri anaerob, produksi gas dan laju produksi gas bio-digester dengan penambahan sekam padi pada bahan baku feses sapi potong. Anim. Agric. J. 1 : 342 – 351.
Haryanto, B dan A. Thalib. 2009. Emisi metana dari fermentasi enteric : kontribusinya secara nasional dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada ternak. Wartozoa. 19 : 157 – 165.
Husnaeni, Sunarso dan L. K. Nuswantara. 2015. Perkiraan pasokan nitrogen mikrob pada domba Ekor Tipis yang diberi bungkil kedelai terproteksi tanin. Jurnal Veteriner. 16 : 212 – 219.
Laksana, A. A., E. Rianto dan M. Arifin. 2013. Pengaruh kualitas ransum terhadap kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing Kacang jantan. Anim. Agric. J. 2 : 63 – 72.
Marhaeniyanto, E., S. Rusmiwari dan S. Susanti. 2015. Pemanfaatan daun Kelor untuk meningkatkan produksi ternak kelinci New Zealand White. Buana Sains. 15 : 119 – 126.
Marlina, E. T., A. H. Yuli, Tb. A. K. Benito dan J. Wowon. 2013. Analisis kualitas kompos dari sludge biogas feses kerbau. Jurnal Ilmu Ternak. 13 : 31 – 34.
Masanto, R dan A. Agus. 2013. Kelinci Potong Pembibitan dan Penggemukan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Munawaroh, L. L., I. G. S. Budisatria dan S. Bambang. 2015. Pengaruh pemberian fermentasi complete feed berbasis pakan lokal terhadap konsumsi, konversi pakan dan feed cost kambing Bligon jantan. Buletin Peternakan. 39 (3) : 167 – 173.
Murni, R., Suparjo, Akmal, dan B.L. Ginting 2008. Pemanfaatan Limbah sebagai Bahan Pakan Ternak. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi.
Nugroho, A. I., Muhtarudin dan W. Yusuf. 2016. Pengaruh penambahan jenis bahan pakan sumber protein pada ransum berbasis hijauan kelapa sawit terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik pada kelinci lokal jantan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 4 : 195 – 198.
Omoikhoje, S. O., A. M. Bamgbose, M. B. Aruna and R. A. Anismashahun. 2006. Response of weaner rabbits to concentrate supplemented with varying levels of Syndrella nodiflora forage. Pakistan. J. Nut. 5 : 577 – 579.
Prawirodigdo, S., D. M. Yuwono dan D. Andayani, 1995. Substitusi Bungkil Kedelai dengan Bungkil Biji Kapok (Ceiba pentandra) dalam Ransum Kelinci Sedang Tumbuh. Jurnal Ilmiah Ternak Klepu. Balitbang Pertanian Deptan 1 : 26-31.
Puspitasari, R., Muladno, A. Atabany dan Salundik. 2015. Produksi gas metana (CH4) dari feses sapi FH laktasi dengan pakan rumput Gajah dan jerami padi. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3 : 40 – 45.
Putri, D. A., Saputro, R. R dan Budiyono. 2012. Biogas production from cow manure. International Journal of Renewable Energy Development. 1 : 61 – 64.
Rasyid, H. 2009. Performa Produksi Kelinci Lokal Jantan pada Pemberian Rumput Lapang dan Berbagai Level Ampas Tahu. Skripsi Sarjana Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ridwan, R., Nahrowi dan A. S. Lily. 2001. Pemberian berbagai jenis pakan untuk mengevaluasi palatabilitas, konsumsi protein dan energi pada kadal (Mabouya multifasciata) dewasa. Biodiversitas. 2 (1) : 98 – 103.
Suwignyo, B., U. A. Wijaya, R. Indriani dan A. Kurniawati. 2016. Konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan berat badan dan status fisiologis kambing Bligon jantan dengan pembatasan pakan. JSV. 34 : 210 – 219.
Wardhana, R. P., D. S. Fernandy, Sudiyono dan D. Ratih. 2014. Pengaruh penggunaan Klobot jagung segar dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik serta produksi karkas kelinci peranakan New Zealand White jantan. Buletin Peternakan. 38 : 150 – 156.
Zainuddin, D. dan T. Murtisari. 1995. Penggunaan limbah agro-industri buah kopi (kulit buah kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler). Pros. Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Semarang. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian. hlm. 71 − 78.
Zurmiati, Wizna, M. H. Abbas dan M. E. Mahata. 2017. Pengaruh imbangan energi dan protein ransum terhadap pertumbuhan itik Pitalah yang diberi probiotik Bacillus amyloliquefaciens. Jurnal Peternakan Indonesia. 19(2) : 85 – 92.